Tujuh Tahun Nabung, Tukang Becak Naik Haji


Tidak terbayang dalam benak Wagiran, warga Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru sanggup berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Sebab, ia menilai penghasilannya belum cukup untuk biaya ke sana. Namun tekad yang besar lengan berkuasa disertai doa menciptakan Wagiran mendapat berkah. Uang tabungan yang dikumpulkan selama bertahun-tahun cukup digunakan untuk melunasi semua biaya haji.
Memiliki harta berlimpah belum tentu sanggup berangkat ibadah haji. Kalimat itulah yang dibuktikan Wagiran. Meski hidupnya sederhana, namun dari kesederhanaan itulah ia mempunyai niat besar lengan berkuasa untuk menjalankan rukun Islam ke lima tersebut.
Saat ditemui di rumahnya Rabu (26/7), laki-laki yang kesehariannya bekerja sebagai tukang becak yang gres saja selesai menjalankan salat. Dia lantas duduk di dingklik ruang tamu menemui awak media. Dia lantas menceritakan perihal keinginannya berangkat haji yang hasilnya sanggup terwujud tahun ini.
Awal mula harapan berhaji mulai dimiliki Wagiran pada 2008 lalu. Keinginan semakin besar lengan berkuasa ketika dirinya kerap melihat pemberangkatan calon jamaah haji (CJH) di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bangsa, yang digelar setiap tahunnya.
Keinginan berhaji juga alasannya ialah ingin beribadah dan mendapat rahmat Tuhan, serta biar hening di alam abadi nanti. Akhirnya, Wagiran membulatkan tekad untuk pergi ke Tanah Suci. Dia pun mulai mempersiapkan dana dengan cara menabung. “Saya mulai menabung 2010 sampai 2017 ini. Alhamdulillah cukup dan sanggup pelunasan sampai berangkat tahun ini,” ujarnya yang sudah menarik becak semenjak 1980.
Pria berusia 58 tahun tersebut mendaftar sebagai calon jamaah haji pada 2010. Sejak ketika itu ia rajin menyisihkan uang hasil kerja sebagai tukang becak untuk biaya haji. Dalam sehari, rata-rata menyisihkan Rp 50 ribu untuk ditabung. “Bismillah aku niat pergi haji. Menabung juga tidak tentu. Terkadang sebulan sanggup Rp 1 juta, namun pernah dua bulan tidak nabung,” kata laki-laki yang tergabung dalam kloter 7 itu.
Ternyata, ujian yang dialami Wagiran cukup besar. Uang tabungannya di salah satu koperasi sempat tidak sanggup diambil sampai sekarang. Itu alasannya ialah koperasi yang bersangkutan sudah gulung tikar. Padahal uang itu juga disiapkan untuk pelunasan biaya haji.
Dalam kesehariannya, Wagiran berangkat ke tempatnya biasa mangkal yakni Pasar Grosir Ngemplak sekitar pukul 13.00. Dia mengendarai bentor (becak motor). Baru pulang ke rumah sekitar pukul 17.00. Di pasar, tidak hanya menarik penumpang, tapi juga sebagai buruh angkut. Hasil keringatnya rata-rata Rp 75 sehari. Namun Wagiran juga pernah belum mendapat uang dalam sehari bekerja alasannya ialah sepi penumpang.
Sejak mempunyai niat untuk berhaji, selain menabung bapak dua anak itu juga aktif memperkuat keimanannya. Yakni tertib menjalankan salat, serta puasa wajib ataupun sunah. Kini ia juga lebih aktif menjaga kesehatan termasuk fisik sebelum berangkat ke asrama haji hari ini, dilanjutkan terbang ke Tanah Suci besok. “Jaga fisik menyerupai banyak jalan kaki. Biasanya ketika salat Subuh, aku jalan kaki ke masjid,” terang Wagiran.
Ketika wawancara, Wagiran juga mendoakan kepada semua teman-temannya di pasar biar selalu meningkatkan kepercayaan dan taqwa. Selain itu juga mendoakan biar sanggup cepat menyusul ke Tanah Suci menjalankan ibadah haji.

(rt/whe/did/JPR/pojoksatu)

Economically speaking, a luxury good is one for which demand increases in proportion to rising income - hence, the richer the world becomes, the greater the demand for luxury items will be. This applies perhaps uniquely to luxury hotels and luxury travel, as the number of holidays people have been taking has risen dramatically in the last couple of decades. So, as travel and tourism has become increasingly important within people's lives, the prevalence of luxury hotels in the world's most visited destinations has skyrocketed. But while every four-star hotel may claim to provide luxury, the true nature of a luxury hotel is harder to pinpoint. It relies on providing an original service, as well as an authentic experience, pleasing design and the utmost comfort. Arguably, the top 5 luxury destinations in the world are London, New York, Paris, Rome and Dubai. London, for example, possesses many eminent luxury hotels. These include the Mandarin Oriental Hyde Park in Knightsbridge, which overlooks Hyde Park and includes gourmet cuisine and a spa; Brown's Hotel in Mayfair, which was famously refurbished by Olga Polizzi, who also redesigned Tresanton on the Cornish Coast; and, of course, The Dorchester also in Mayfair. Luxury hotels in New York include the Four Seasons, which is home to a spa, spectacularly designed suites and is even child-friendly; and Carlyle in New York's Upper East Side, the hotel in which JFK had his notorious affair with Marilyn Monroe. Luxury hotels in Paris tend to be concentrated on the Right Bank, or the Etoile and Champs Elysees region. Perhaps the best French-owned luxury hotel in Paris is the Hotel de Crillon, which offers a wonderfully romantic setting, with its intricate designs and boutique shopping outlets. The Ritz Paris is a similarly classic Parisian luxury hotel, with a long historical tradition, and is perfect for both business and pleasure. Rome's Via Veneto may appear to have the highest concentration of luxury hotels in the world, but how many of them actually deliver? Among the best luxury hotels in Rome are the St Regis Grand of the Piazza Repubblica, a wonderfully restored historic landmark that acts as a cultural centre of the city as well as a place for fine dining. The Westin Excelsior and Hotel Eden, both of Veneto, also offer fabulous luxury at the heart of Italy's capital; Hotel Eden even provides a fabulous Michelin-starred rooftop restaurant. Dubai, as one of the world's youngest destinations for luxury holidays, has attracted a variety of global hotel chains as well as locally-owned luxury hotels. Among the best luxury hotels in Dubai are the Metropolitan Palace Hotel, located in the prominent Al Maktoum Street at the heart of Dubai's business district, and The Fairmont, which is conveniently situated in the centre of the city. The selections mentioned above, however, offer only a small taste of some of the world's best luxury hotels; faced with all this choice, it can be confusing when it comes to choosing a luxury hotel for your own holiday. However, a variety of travel websites, can help you pick the right one - so all you have to do is make the most of your luxury holiday. Martin McAllister is a freelance online journalist. He lives in Scotland. http://www.travelintelligence.net [http://www.travelintelligence.net/wsd/html/luxury_hotels.php] Article Source: http://EzineArticles.com/expert/Martin_McAllister/63819 Article Source: http://EzineArticles.com/386286

0 Response to "Tujuh Tahun Nabung, Tukang Becak Naik Haji"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel